Frekuensi serangan epilepsi akan meningkat pada waktu mengandung bayi laki-laki.
Jalurmaya. blogspot.com - Epilepsi bukan penyakit menular. Gangguan kesehatan ini terjadi akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Di negara kita, 1,2 juta penyandangnya adalah wanita. Mayoritas wanita hamil. Pada wanita hamil, epilepsi umumnya bukan terjadi akibat warisan genetika, melainkan faktor lain seperti trauma fisik, stroke yang telah sembuh, dan infeksi pada otak. Risiko peningkatan bangkitan juga bisa muncul akibat perubahan metabolik seperti kenaikan berat badan drastis.
"Epilepsi dapat memicu gangguan semasa kehamilan dan proses kelahiran, juga memengaruhi fertilitas pada perempuan, termasuk sulit hamil," ujar Ketua POKDI Epilepsi, Dr Kurnia Kusumastuti, Sp.S(K), saat ditemui di acara seminar tentang epilepsi di Jakarta.
Frekuensi serangan epilepsi akan meningkat pada waktu mengandung bayi laki-laki sebesar 64 persen. Sedangkan saat mengandung bayi perempuan hanya 30 persen. Lantas, apa dampak epilepsi pada kehamilan dan persalinan?
1. Sekitar 4-11 persen ibu hamil melahirkan bayi prematur.
2. Sekitar 7-10 persen bayi lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kilogram.
3. Mikrosefali: bayi lahir dengan lingkar kepala lebih kecil dari normal akibat kelainan genetik.
4. APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) skor rendah. Ini adalah metode yang digunakan untuk menilai kondisi kesehatan bayi ketika lahir, seperti warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot atau keaktifan, dan pernapasan.
5. Terjadi pendarahan pasca persalinan dengan risiko peningkatan 10 persen.
6. Bayi memiliki risiko tiga persen mengembangkan epilepsi.
7. Terjadi satu persen pendarahan perinatal pada bayi.
Karenanya, mereka yang mengalami bangkitan saat hamil sebaiknya menjalani proses persalinan di rumah sakit yang memiliki fasilitas perawatan epilepsi dan unit perawatan insentif bayi. (umi)
Sumber : http://kosmo.vivanews.com/news/read/325522-bahaya-bangkitan-epilepsi-saat-hamil
